Kamis, 28 Juli 2011

Kemenangan Tim Garuda atas Turkmenistan

Selamat kepada Timnas Indonesia yang bisa mengalahkan Turkmenistan dengan skor 4-3. maka dengan ini Indonesia lolos ke babak ke 3 dengan agregat 5-4 untuk karena pertandingan pertama yang dimainkan di kandang Turkmenistan, Indonesia mampu menahan imbang tuan rumah dengan skor 1-1...
Di babak 3 nanti, mudah-mudahan Indonesia berada 1 grup dengan tim yang setara dengan Indonesia... Kalau pun Indonesia mendapat lawan yang jauh diatas Indonesia, saya yakin Indonesia berani menantang Tim Itu..

Jadi hati-hati aja buat Korea selatan, jepang, Australia, Iran dan Arab Saudi... Garuda sedang bangkit
»»  LANJUT BACANYA...

Minggu, 10 Juli 2011

Selamat untuk Djohar Arifin yang menjadi ketua umum PSSI 2011-2015



Putaran kedua yang awalnya akan diikuti oleh tiga calon yaitu Agusman Effendi, Djohar Arifin Husein, dan Yapto Suryosumarno ternyata hanya diikuti oleh Agusman Effendi dan Djohar Arifin saja karena Yapto memilih untuk mundur.

Dengan demikian dalam putaran kedua, Agusman Effendi dan Djohar Arifin berduel satu lawan satu. Dan hasilnya, Djohar Arifin yang unggul di putaran pertama dengan 53 suara dapat mempertahankan bahkan menambah dukungan dan memperoleh 61 suara.

Dengan demikian Djohar Arifin Husein secara resmi menjadi ketua umum PSSI periode 2011-2015 menggantikan Nurdin Halid yang dilengserkan secara paksa karena kinerjanya dianggap tidak memuaskan. Dan patut ditunggu program-program dari ketum PSSI baru tersebut untuk memperbaiki kinerja PSSI yang selama ini selalu menjadi sorotan masyarakat.

Sementara itu, Kongres Luar Biasa PSSI masih tetap berlanjut usai istirahat dengan agenda memilih wakil ketua umum PSSI dan juga anggota komite eksekutif PSSI periode 2011-2015.





"SELAMAT YAA.. SEMOGA SEPAKBOLA INDONESIA MAJU DIKANCAH INTERNASIONAL"
»»  LANJUT BACANYA...

Kejadian unik sepakbola


10. Balas Dendam Penalti Belanda
Piala Dunia 1974 seharusnya menjadi milik tim Oranje, tim yang berhasil menunjukkan permainan terbaik dan paling aktraktif. Namun, menghadapi Jerman mereka harus bertekuk lutut. Belanda berhasil unggul lebih dulu melalui sepakan penalti Johan Neeskens namun segera dibalas oleh Jerman melalui Paul Breitner juga melalui tendangan penalti. Sebelum akhirnya Gerd Mueller berhasil membawa keunggulan 2-1 di babak pertama.
Menariknya, 14 tahun kemudian di Piala Eropa 1988 babak semi-final, Belanda berhasil membalas dendam mereka kepada Jerman juga melalui Penalti. Lothar Matthaeus membuka keunggulan Jerman lewat tendangan penaltinya, namun Ronald Koeman berhasil menyamakan kedudukan juga lewat penalti, dan di menit terakhir sebelum peluit pertandingan berbunyi, Marco van Basten berhasil mencetak gol kemenangan bagi Belanda.

9. Ketangguhan Meksiko di Piala Dunia 1998
Meksiko berhasil membuktikan ketangguhan mereka dengan lolos ke babak penyisihan di Piala Dunia 1998 sebagai pemuncak grup. Di laga pembukaan mereka menghadapi Korea Selatan dan harus tertinggal 1-0 di babak pertama. Namun di babak kedua, Meksiko kembali bangkit dan menunjukkan permainan tangguh mereka hingga skor akhirnya berubah kedudukan menjadi 3-1.
Pertandingan berikutnya menghadapi Belgia, lagi-lagi Meksiko harus ketinggalan 2-0 dengan gol yang dicetak oleh Marc Wilmots, namun Alberto Garcia Aspe berhasil mencetak gol yang membuat kedudukan berakhir imbang 2-2. Sekali lagi, Meksiko berhasil terhindar dari kekalahan.
Belanda yang menjadi lawan berikut dari Meksiko berhasil menunjukkan dominasi mereka dengan unggul 2-0 meski pertandingan baru berlangsung 19 menit. Namun Meksiko urung menyerah dan melalui Hernandez, Meksiko (kembali) berhasil menyamakan kedudukan di menit terakhir pertandingan.
Lawan berat Meksiko berikutnya adalah Jerman. Ironi terjadi di pertandingan ini. Meksiko yang berhasil unggul lebih dulu 1-0 harus menerima kekalahan 2-1 setelah Jurgen Klinsmann dan Oliver Bierhoff mencetak gol di 15 menit terakhir pertandingan dan mengharuskan mereka angkat koper

8. Piala Dunia 1966, kapten Argentina Antonio Rattin harus mendapat kartu merah kontoversialnya dari wasit asal Jerman Rudolf Kreitlein setelah berdebat alot dengan sang wasit. Diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan Antonio Rattin agar segera meninggalkan lapangan, dan di pertandingan tersebut Argentina harus menelan kekalahan, sementara di lain pihak Inggris berhasil keluar sebagai juara Piala Dunia. 32 tahun kemudian, David Beckham harus menerima kartu merah kontroversialnya ketika menghadapi Argentina karena menekel Diego Simeone. Inggris akhirnya harus kalah dalam drama adu penalti tanpa kehadiran David Beckham.
7. Madjer, Si Penakluk Jerman
Babak penyisihan terakhir grup B di Piala Dunia 1982, Jerman Barat dan Austria bermain dengan skor memalukan 1-0 dan akhirnya harus menghadapi Aljazair untuk lolos ke babak selanjutnya.  Horst Hrubesch mampu memberi keunggulan bagi Jerman di 10 menit pertandingan. Selanjutnya kedua tim berusaha untuk menciptakan gol namun tak satupun gol yang akhirnya tercipta.
Rabah Madjer kemudian membungkam Jerman dengan membalikkan skor 2-1 dalam pertandingan itu. Lima tahun kemudian, ketika membela Porto, Madjer kembali mencetak skor melalui tendangan tumit belakangnya yang sangat indah ketika menghadapi klub asal Jerman Bayern Munchen di final liga Eropa. Ironis bagi Lothar Matthaus yang membela Jerman di Piala Dunia 1982 dan Bayern Munchen 1987 ketika harus dikalahkan Madjer.

6. Senang Dan Tangis Trezeguet Melawan ItaliaMomen terindah dalam karir Trezeguet adalah ketika harus menghadapi Italia di final Piala Eropa 2000. Dia berhasil melesakkan tendangan keras ke gawang Italia dan menciptakan gol penentu bagi Prancis di ajang tersebut. Enam tahun kemudian, di final Piala Dunia melawan Italia, tangis  Trezeguet tak tertahankan karena justru gagal menjadi eksekutor penalti. Dan hal itu harus dibayar Trezeguet sebab Italia berhasil merengkuh gelar juara Piala Dunia yang keempat kalinya.
5. Prancis Dan Tendangan Gawang
Kita semua mengetahui, Michel Platini mencetak sembilan gol di Piala Eropa 1984, dan membuat Prancis berjaya di negerinya sendiri. Namun, golnya di final seharusnya tidak pernah terjadi seandainya Luis Araconada, kiper andalan Spanyol, tidak melakukan kesalahan fatal. Luis Araconada yang melakukan tendangan gawang secara pelan dan terbaca oleh Michel Platini harus dibayar mahal oleh Spanyol dengan kekalahan 2-0.
Dua tahun kemudian, Prancis diunggulkan akan menjuarai Piala Dunia setelah berhasil mengalahkan Brasil di babak perempat-final melalui adu penalti. Namun, ketika harus berhadapan dengan Jerman Barat, Prancis harus menelan kekalahan 2-0 setelah penjaga gawang Prancis melakukan kesalahan ketika melakukan tendangan gawang dengan pelan dan akhirnya terbaca lawan.

4. Spanyol Dan Keberpihakan Wasit
Spanyol yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 1982 sangat berharap mampu merengkuh gelar juara kali ini. Dan sepertinya wasit mencoba untuk membantu mereka. Pertandingan pertama, Spanyol harus berhadapan dengan tim kuda hitam Honduras. Dibutuhkan waktu yang lama bagi Spanyol agar dapat unggul 1-0, itupun berkat keputusan wasit asal Argentina yang menghadiahi tendangan penalti bagi Spanyol. Dan Roberto Lopez Uparte tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu.
Pertandingan berikutnya menghadapi Yugoslavia. Lagi-lagi wasit memberi hadiah penalti bagi Spanyol. Kali ini tendangan Lopez Ufarte gagal berbuah gol, namun hal aneh terjadi, wasit kemudian meniup peluit dan menyuruh agar tendangan penalti diulang. Karena diberi kesempatan kedua, Spanyol kemudian mengganti eksekutornya dan Juanito berhasil mencetak gol yang membawa kemenangan bagi Spanyol 2-1.
Dua puluh tahun kemudian, para pemain Spanyol tentu saja telah berubah. Meski begitu, Spanyol harus menanggung karmanya. Pemain Spanyol harus menangis karena wasit sepertinya menolong tim tuan rumah, Korea Selatan di Piala Dunia 2002 dalam babak perempat-final. Hal ini terjadi karena dua gol Ivan Helguera dan Fernando Morientes ternyata dianulir oleh wasit. Selanjutnya, Korea Selatan akhirnya keluar sebagai pemenang dalam pertandingan itu.

3. Real Madrid Dan Barcelona Saling Bungkam 5-0
Tahun 1994 di Nou Camp, Barcelona berhasil membungkam Real Madrid dengan skor telak 5-0, Romario berhasil mencetak hat trick. The Catalans akhirnya memenangkan gelar La Liga Spanyol tahun itu, dan Los Blancos hanya menempati urutan keempat.
Tahun 1995 di Santiago Bernabeu, Real Madrid kemudian membalas dendam mereka kepada Barcelona dengan skor yang sama 5-0. Ivan Zamorano mencetak hat trick. Real Madrid akhirnya memenangkan gelar La Liga tahun itu, dan seteru abadi mereka hanya mampu menempati urutan ketiga.

2. Bayern Munchen, Manchester United, Dan Pahlawan Menit Terakhir
Bayern Munchen harus kehilangan gelar juara Liga Champions 1999 di Nou Camp setelah dua gol telat yang diciptakan Manchester United dari umpan silang David Beckham. Tapi Maret ini, Bayern Munchen membalasnya. Perempat-final liga Champions, Bayern Munchen harus menjamu Manchester United dan unggul 2-1 di leg pertama. Di leg kedua, United meski menang 3-2 akhirnya harus tersisih dari ajang Liga Champions setelah gol telat Robben.

Bagaimana membedakan bola yang terpantul dari mistar gawang itu masuk atau tidak? Bedanya sangat tipis. Dan itu terjadi di Piala Dunia 2010. Pertandingan apa yang tersaji ketika Inggris dan Jerman harus saling berhadapan? Pertandingan keras dengan tempo tinggi adalah jawabannya.
44 tahun lalu, kala Inggris berhadapan dengan Jerman, salah satu gol yang tercipta adalah gol pantulan dari mistar gawang. Hakim garis asal Uni Soviet Tofik Bakhramov kemudian menyahkannya sebagai gol.
Kemudian pertandingan Inggris dan Jerman kembali tersaji di babak perdelapan-final Piala Dunia 2010. Keunggulan Jerman 2-1 segera dijawab dengan permainan cepat Inggris. Hasilnya Frank Lampard berhasil melesakkan tendangan yang membentur mistar gawang dan memantul ke dalam garis gawang Jerman, namun tidak seperti 44 tahun lalu, tendangan Frank Lampard tidak dianulir sebagai gol oleh hakim garis. Akhirnya Inggris ditekuk Jerman 4-1.
.
»»  LANJUT BACANYA...

Julukan unik pemain sepakbola


Julukan atau nama panggilan sudah lazim diberikan buat para pebola saat ini. Julukan terkadang berbentuk pujian bagi seseorang, namun tak jarang itu juga berupa sindiran bahkan ejekan.

Nama panggilan bisa diberikan sesama oleh rekannya di tim, fans bahkan media atas kiprah, tingkah laku, kondisi bahkan karena kiasan. Terlepas dari alasan julukan itu diberikan, 'tradisi' ini tetap menarik disimak.
Dan hampir setiap pelaku sepakbola mempunyai julukan. Hal itu juga yang membuat mereka mudah dikenal dan mudah diingat tentunya. Nah, kali ini Goal telah merangkai julukan-julukan unik yang kini disandang 10 pebola:
10. Arjen Robben – Manusia Kaca
Julukan atau nama panggilan ini diberikan karena winger Real Madrid ini memang rentan cedera. Meski mempunyai talenta dan skil yang tak diragukan, karir Robben tak berjalan lancar karena sering dihantam cedera. Rentan cedera ini telah dialami Robben sejak memperkuat PSV Eindhoven, Chelsea dan klubnya sekarang Madrid.

9. Nicolas Anelka – Pemurung Mengagumkan
Nicolas Anelka memang garang untuk urusan mencetak gol. Karir panjangnya menjadi bukti jika Anelka memang pantas disematkan sebagai salah satu striker berbahaya saat ini. Arsenal, Real Madrid dan Chelsea menjadi tiga klub yang pernah merasakan ketajamannya. Namun Anelka juga dikenal sangat sulit untuk tersenyum. Bahkan, Anda tentu tak butuh jari banyak untuk menghitung senyum seorang Anelka.

8. Davie Dodds – Manusia Gajah
Dodds adalah striker Dundee United saat menjadi jawara di Liga Skotlandia pada 1983. Satu tahun setelahnya, Dundee bermain di semifinal Piala Eropa. Meski mengalami kekalahan dengan agregat 3-2 dari AS Roma, namun permainan ngotot Dodds membuat pendukung Dundee puas dan menyematkan julukan Manusia Gajah karena tenaganya yang tak habis-habis.

7. Peter Beardsley – Quasimodo
Karir terbaik Beardsley terjadi saat membela Newcastle United, Liverpool, Everton, dan tentu saja timnas Inggris. Total Beardsley telah membela The Three Lions sebanyak 59 laga. Namun sosok Beardsley yang sering menata rambut membuatnya sering disamakan dengan tokoh fiksi Quasimodo yang ada di film dan novel Notre Dame de Paris.

6. Pele – Pembawa Sial
Sebelumnya legenda Brasil ini mendapat julukan raja sepakbola. Pele dianggap menjadi dewa sepakbola bersama Diegao Maradona. Namun seiring dengan banyaknya prediksi Pele yang salah, maka ia mendapat julukan The Jinx atau Si Sial. Bahkan beberapa waktu lalu juga dipublikasikan 10 prediksi salah Pele.

5. Naohiro Takahara – Striker Sushi
Takara menjadi salah satu pebola Asia yang sukses di Bundesliga. Ketajaman Takahara juga dibuktikan dengan 23 gol dalam 57 laganya bersama timnas Jepang. Namun daerah asalnya itu pula yang membuat Takahara mendapat julukan The Sushi Bomber atau Striker Sushi.

4. Antonio Cassano – Peter Pan
Cassano adalah striker yang mengundang perhatian dunia karena skilnya yang mumpuni. Sayangnya, Cassano juga dikenal sangat temperamen, pemarah dan suka berbuat seenaknya. Hal itu yang membuat dia mendapat julukan Peter Pan, tokoh fiksi yang selalu bertingkah layaknya bocah dan susah diatur. Seorang pemuda yang tak pernah berkembang menjadi lebih dewasa.

3. Ya?ar Duran – Si Ember
Yasar Duran mungkin menjadi kiper yang paling merasaka malu selama membela timnas Turki. Delapan gol yang dibukukan Inggris ke gawang Yasar Duran pada November 1984 di Istambul itu lah yang membuat ia mendapat julukan Ember.

2. Tony Adams – Si Keledai
Adams menjadi salah satu legenda di Arsenal, klub yang dibelanya selama 19 tahun. Sayang gol bunuh dirinya saat melawan Inggris plus beberapa gaya tak elegannya membuat Adams mendapat julukan Keledai dari publik Inggris.

1. Adriano Galliani – Uncle Fester
Dialah guru transfer No 1 di AC Milan. Bahkan ucapan Galliani jauh lebih sering didengar dibanding supremo Silvio Berlusconi. Ia dianggap mempunyai banyak karakter. Di Italia ia dikenal sebagai Paman Fester, tokoh drama komedi 'Addams Family' yang mempunyai kekuatan luar biasa pada listrik. Kemampuan jenius Galliani di Milan plus kemiripan dengan tokoh berkepala plontos itulah yang  membuat Galliani mendapat julukan Uncle Fester atau Paman Fester.
»»  LANJUT BACANYA...

Rabu, 06 Juli 2011

Pemain Yang tewas di lapangan

Berikut para pemain yang meninggal di lapangan:

Phil O'Donnell
kapten tim Motherwell (Skotlandia), 35 tahun, meninggal dunia setelah pingsan saat memperkuat timnya menghadap Dundee United dalam laga di kompetisi Liga Primer Skotlandia, Sabtu 29 Desember 2007 malam di Fir Park.

Antonio Puerta
bek Sevilla, 22 tahun, meninggal tiga hari sesudah (sempat) pingsan dalam laga La Liga melawan Getafe, Sabtu, 25 Agustus 2007.

Chaswe Nsofwa
27 tahun, mantan striker Zambia, pingsan dan meninggal ketika mengikuti sesi latihan bersama klubnya, Hapoel Beersheba (Israel). Saat itu suhu udara mencapai 40 derajat Celcius.

Hugo Cunha
gelandang Uniao Leiria (Portugal), 28 tahun, Juni 2005.

Serginho
bek Sao Caetano (Brasil), 30 tahun, meninggal saat laga Piala Brasil melawan Sao Paulo, Oktober 2004.

Miklos Feher
24 tahun, pemain asal Hungaria meninggal pada Januari 2004 saat memperkuat klubnya, Benfica bertanding melawan Vitoria Guimaraes.

Max Ferreira
20 tahun, pemain Botafogo (Brasil) meninggal di rumah sakit pada Juli 2003.

Marc-Vivien Foe
28 tahun, meninggal di lapangan saat laga Kameruin vs Kolumbia, Juni 2003.

Marcio Dos Santos
28 tahun, Brasil, meninggal beberapa jam"gara-gara gagalnya jantung"setelah bertanding bersama klubnya Deportivo Wanka (Peru), Oktober 2002.

Eri Irianto
26 tahun, pemain Persebaya Surabaya, meninggal dunia, diduga akibat gagal jantung, pada 3 April 2000 di RSUD dr Soetomo, beberapa jam setelah bertanding melawan PSIM Yogyakarta.

Dave Longhurst
25 tahun, pemain The York City, meninggal pada September 1990. Sebelumnya, Longhurts dua menit pingsan di lapangan.

Samuel Okwaraji
24 tahun, meninggal pada Agustus 1989, sebelum berakhirnya pertandingan babak kualifikasi PD 1990 antara Nigeria vs Angola.
»»  LANJUT BACANYA...

Daftar pemain legendaris Indonesia



Daftar 22 Pemain Legenda Nama Posisi Karier Timnas Julukan Dan Sedikit Cerita teantang Para Pemain

Maulwi Saelan Kiper 1951 – 1958 Benteng Beton
Yudo Hadianto Kiper 1961 – 1974 Papi
Yuswardi Bek Kanan 1967 – 1974 Ajo
Simson Rumahpasal Bek Kanan 1975 – 1982 Palang Pintu
Yohanes Auri Bek Kiri 1975 – 1985 Black Silent
Didik Darmadi Bek Kiri 1978 – 1986 -
Anwar Ujang Stopper 1965 – 1978 Beckenbauer
Robby Darwis Stopper 1985 – 1997 Irung
Ronny Pattinasarany Libero 1970 – 1982 Si Kurus
Herry Kiswanto Libero 1985 – 1993 Akang
Iswadi Idris Gelandang 1968 – 1980 Si Bos/Boncel
Junaedi Abdillah Gelandang 1968 – 1983 Pet
Zulkarnaen Lubis Gelandang 1983 – 1986 Maradona
Rully Rudolf Nerre Gelandang 1977 – 1989 Jean Tigana
Nobon Kayamudin Gelandang 1971 – 1979 Biang Kerok
Surya Lesmana Gelandang 1963 – 1972 Jango Jakarta
M Basri Gelandang 1962 – 1973 Teta
Tio Him Tjiang Gelandang 1951 – 1958 -
Risdianto Penyerang 1971 – 1981 Gayeng
Bambang Nurdiansyah Penyerang 1979 – 1986 Gerd Muller
Ricky Yakobi Penyerang 1982 — 1993 Paul Marinir
Widodo C. Putra Penyerang 1991 — 1996 -
cerita-cerita tentang Pemain Legenda Timnas :
Widodo Cahyono Putro (lahir di Cilacap, Jawa Tengah, 8 November 1970; umur 39 tahun) adalah seorang pelatih dan pemain sepak bola legendaris Indonesia[1]. Posisinya saat bermain adalah penyerang. Ia paling dikenal sebagai pencetak gol terbaik Asia pada tahun 1996, melalui tendangan saltonya saat melawan Kuwait di Piala Asia 1996.[2] Saat ini ia menjadi pelatih tim U-23 Indonesia bersama Bambang Nurdiansyah.[3] Di Liga Indonesia, ia pernah memperkuat Persija Jakarta dan Petrokimia Putra Gresik. Ia juga pernah melatih tim Petrokimia Putra Gresik.
Putro juga dikenal sebagai pemain yang tidak bertemperamental. Ia tidak pernah mendapat kartu merah dan hanya satu kali mendapat kartu kuning.
Kini dia melatih klub Liga Super Indonesia, Persela Lamongan menggantikan posisi M Basri.
Maulwi Saelan (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Agustus 1928; umur 81 tahun[1]) adalah salah satu pemain sebak bola legendaris [2] dan juga pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia juga pernah menjadi salah satu ajudan pribadi presiden Soekarno. Selain itu ia dikenal juga sebagai pendiri Taman Siswa Makassar.
Yudo Hadianto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 19 September 1941; umur 68 tahun) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia[1] era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia sempat diakui sebagi kiper terbaik Asia[2]. Selain itu ia pernah kuliah di Fakultas Ekonomi UI periode 1960-1963 tetapi tidak selesai.
Yuswardi (lahir di Medan, Sumatera Utara, 2 Juli 1945; umur 64 tahun) adalah mantan pemain nasional sepak bola Indonesia pada era 1970-an yang saat ini melatih tim PSMS Medan.
Simson Rumah Pasal (lahir di Desa Lohiatala, Seram Barat, Maluku, 21 Agustus 1950; umur 59 tahun) adalah mantan pemain nasional sepak bola Indonesia pada era 1970-an dan awal 1990-an.
Anwar Ujang (lahir di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, 2 Maret 1945; umur 65 tahun) adalah mantan pemain nasional sepakbola Indonesia di era 1970-an dan 1980-an dari Klub Persika Karawang.Sebelum menjadi pemain sepakbola sempat menjadi karyawan Pertamina pada tahun 1960[1]. Pemain dengan nomor punggung 5 ini pertama kali bergabung dengan PSSI pada April 1965 dan menjadi Kapten PSSI pada tahun 1971 – 1974[2]. Pada masa jayanya, ia sering dijuluki Beckenbauer Indonesia dan bersama tim Indonesia sering melakukan pertandingan-pertandingan melawan tim dari Eropa dan Asia.
Robby Darwis (lahir di Bandung, Jawa Barat, 30 Oktober 1964; umur 45 tahun) adalah seorang pemain sepak bola legendaris Indonesia [1] yang terkenal pada tahun 1990-an dan merupakan salah satu bintang Persib Bandung pada era tersebut. Ia berposisi sebagai stoper (bek tengah). Pada musim pertama Liga Indonesia, ia membawa Persib menjadi juara sebagai kapten tim. Darwis pernah pula bermain di Liga Malaysia, memperkuat Kelantan FC. Di tim nasional Indonesia (1987-1997), ia tampil sebanyak 53 kali dan mencetak 6 gol. Di Liga Indonesia 2007 Robby Darwis menjadi asisten pelatih Persib (Arcan Iurie), dan cuti dari pekerjaan sebelumnya yaitu sebagai bankir di BNI 1946.
Ronald Hermanus Pattinasarany atau lebih dikenal dengan nama Ronny Pattinasarany (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949 – meninggal di Jakarta, 19 September 2008 pada umur 59 tahun[1]) adalah pelatih sepak bola Indonesia dan salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia[2].
Ronny meninggal dunia hari Jumat, 19 September 2008, pukul 13.30 WIB, dalam usia 59 tahun, akibat kanker hati yang dideritanya sejak Desember 2007. Ronny pergi meninggalkan seorang istri, Stella Pattinasarany, dan tiga anak Benny, Yerry, dan Cita yang mendampinginya sampai saat-saat terakhir di Rumah Sakit Omni Medical Center, Pulo Mas, Jakarta Timur.Era 1970-an hingga 1980-an, saat sepak bola Indonesia menjadi salah satu raksasa di Asia, Ronny Pattinasary menjadi salah satu yang ikut melambungkan nama tim merah-putih. Pria berdarah Ambon yang lahir di Makassar itu dikenal sebagai sosok pemain papan atas.
Penghargaan yang diperolehnya seperti Pemain All Star Asia tahun 1982, Olahragawan Terbaik Nasional tahun 1976 dan 1981, Pemain Terbaik Galatama tahun 1979 dan 1980, dan meraih Medali Perak SEA Games 1979 dan 1981.
Perjalanan kariernya sebagai pemain bola dimulai bersama PSM Junior pada tahun 1966. Dua tahun kemudian berhasil menembus level senior tim PSM Makassar. Dari Makassar, Ronny hengkang ke klub Galatama, Warna Agung, yang dibelanya dari tahun 1978 hingga 1982. Di sinilah kariernya mulai menanjak sehingga dia pun terpilih masuk dan menjadi kapten timnas. Tahun 1982, Ronny hengkang ke klub Tunas Inti. Hanya setahun di sana, dia pun memutuskan untuk gantung sepatu dan beralih profesi sebagai pelatih.
Herry Kiswanto (lahir di Banda Aceh, Aceh, 25 April 1955; umur 54 tahun) adalah seorang pelatih sepak bola Indonesia dan salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia[1]. Posisinya di lapangan sebagai libero. Dalam karirnya ia hanya pernah mendapat sekali kartu kuning yaitu ketika membela Krama Yudha Tiga Berlian melawan Pelita Jaya di era Galatama[2].
Setelah sukses meloloskan klub Persmin Minahasa ke kompetisi Super Liga di musim 2007/2008 lalu, salah satu pemain legendaris yang biasa dipanggil “Akang” ini, dikontrak oleh klub Persiraja Banda Aceh sebagai pelatih kepala di kompetisi Divisi Utama untuk musim 2008/2009.
Menyusul terjadinya krisis internal terkait masalah pendanaan di tubuh Persiraja Banda Aceh, yang juga menimpa banyak klub sepak bola lainnya di tanah air, sejak berakhirnya putaran pertama kompetisi Divisi Utama, ia memutuskan mundur dari Persiraja Banda Aceh dan langsung diikat kontrak untuk menangani klub Persikab Bandung menggantikan pelatih Deni Syamsuddin yang baru didepak dari tim yang bermarkas di kota Soreang, Kabupaten Bandung itu.
Iswadi Idris (lahir di Banda Aceh, Aceh, 18 Maret 1948 – meninggal di Jakarta, 11 Juli 2008 pada umur 60 tahun) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia [1]. Pemain yang dijuluki “Boncel” karena tubuhnya relatif pendek (tinggi 165 cm) ini termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia. Ia memperkuat timnas PSSI sebagai pemain gelandang pada era 1960-an dan 1970-an. Selama menjadi pemain, Bang Is, demikian ia akrab disapa, sangat menggemari nomor punggung 13.
Junaedi Abdillah (lahir di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, 21 Februari 1948; umur 62 tahun) adalah mantan pemain nasional sepakbola Indonesia.Junaidi menimba ilmu sepakbola bersama klub Indonesia Muda. Dia juga pernah belajar di Diklat Salatiga pada 1960-an bersama Oyong Liza, Sartono Anwar dan Harsoyo. Dari Salatiga, Junaidi dan Oyong dipanggil masuk tim nasional junior. Di tim yang disebut PSSI B itu, mereka berhasil menjadi runner-up Kejuaraan Juior Asia 1967 di bawah Israel. Ketika itu, Federasi Sepakbola Israel masih tergabung di zona Asia.
Keberhasilan itu mengantar Junaidi dan beberapa rekan lainnya seperti Oyong, Suaeb Rizal, Harsoyo, Abdul Kadir, Waskito dan Bob Permadi ke tim nasional senior atau PSSI A. Di tim ini, mereka bersaing dengan seniornya seperti Soetjipto Soentoro dan Jacob Sihasale. Junaidi juga pernah memperkuat Indonesia di kualifikasi Olimpiade Munich 1972 bersama dengan Iswadi Idris dan Ronny Pattinasarani[1].
Zulkarnain Lubis (lahir di Binjai, Sumatera Utara, 21 Desember 1958; umur 51 tahun) adalah salah seorang mantan pemain nasional sepak bola Indonesia dari klub PSMS Medan pada era 1970-an. Dia adalah pemain PSMS Medan (1979-1980) dan Mercu Buana Medan (1981-1982), sebelum memperkuat klub-klub elite di Pulau Jawa, di antaranya Yanita Utama Bogor.Pada eranya ia sering dijuluki sebagai Maradona Indonesia karena ia sering beroperasi di lini tengah, gocekan dan umpan-umpan matang dari kaki Zulkarnaen membuat para penyerang depan seperti mendapat pelayanan kelas satu. Visi bermain bola yang tinggi membuat Zulkarnaen mampu membaca pergerakkan pemain belakang lawan sekaligus menentukan ke mana teman di lini depan harus bergerak. Singkatnya, aksi pemain yang pada masa jayanya memiliki ciri rambut gondrong ini memang sangat memikat.
Talenta itu juga yang membawa Zulkarnaen menghuni skuad timnas. Di tim Merah Putih, striker seperti Bambang Nurdiansyah, Dede Sulaiman dan Noah Meriem merasakan sekali matangnya umpan-umpan Zulkarnaen. SEA Games, Pra Piala Dunia, dan Asian Games adalah ajang-ajang internasional yang pernah diikuti Zulkarnaen.
Di level klub, pemain ini sempat mengecap prestasi puncak bersama Krama Yudha Tiga Berlian. Dua kali Zulkarnaen mengantarkan klub ini ke jenjang juara Kompetisi Galatama.
Rully Rudolf Nere (lahir di Papua, 13 Mei 1957; umur 52 tahun) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia [1] . Ia pernah memperkuat timnas nasional beberapa kali pada periode tahun 1980-an. Dalam kompetisi liga, ia memperkuat Persipura Jayapura.
Saat ini ia adalah pelatih dari PS Palembang. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI periode 2003 – 2007. Sebelumnya ia pernah melatih PSPS Pekanbaru, Persiba Bantul dan PSSI U-20.
Mitchell Leandro Nere, anak dari Rully Nere sekarang bermain untuk PSMS Medan dalam Liga Super Indonesia.
Liem Soei Liang alias Surya Lesmana (lahir di Balaraja, Tangerang, 20 Mei 1944; umur 65 tahun) adalah seorang pemain sepak bola terkenal Indonesia di era tahun 1960an. Ia memperkuat tim nasional PSSI selama 10 tahun (1963-1972) dan Persija Jakarta selama 14 tahun (1962-1975). Ketika masa jayanya, Surya Lesmana dikenal sebagai gelandang jempolan yang memiliki kemampuan menyerang ataupun bertahan sama baiknya.
Surya Lesmana mengawali karier sepak bola di Klub Union Makes Strength (UMS) pada tahun 1958, seangkatan dengan Mulyadi (Tek Fong). Di bawah bimbingan pelatih Endang Witarsa (Lim Soen Joe) kemampuannya semakin terasah. Karena kemampuan individunya yang bagus, Ia kemudian diminta bergabung dengan Persija Jakarta pada tahun 1962 dan kemudian diminta memperkuat tim nasional pada tahun 1963. Namanya kian tersohor seiring dengan kariernya yang mulus dan menjadi pujaan banyak orang.
Surya Lesmana pensiun dari tim nasional pada tahun 1973. Namun namanya tak lantas hilang dari dunia sepak bola tanah air. Kepiawaiannya mengolah kulit bundar membuat klub-klub asing masih meliriknya. Surya mencatatkan diri sebagai salah satu pelopor pemain Indonesia yang merumput di luar negeri. Ia dikontrak sebagai pemain klub Mac Kinan Hongkong selama satu musim pada tahun 1974 dengan gaji HK$ 2.000 per bulan, jumlah yang cukup besar kala itu.
Kejayaan seringkali membuat orang menjadi lupa diri, demikian juga dengan Surya Lesmana. Pada masa keemasannya Ia tenggelam bersama kesenangan duniawi. Surya menghambur-hamburkan semua penghasilan yang diperoleh dari bermain bola. Pada massa tuanya, Ia hidup sebatang kara. Ia tidak memiliki rumah ataupun kendaraan dan tidak menikah. Bahkan Ia harus tinggal menumpang di rumah orang di Gang Kancil, kawasan Glodok, Jakarta Barat. Ia tinggal secara cuma-cuma karena jasanya mendidik anak pemilik rumah dan anak-anak di lingkungan sekitar dalam bermain bola. Surya tidak mau menyesali terus keadaannya saat ini. “Kita harus terima keadaan ini dengan lapang dada dan besar hati,” ujarnya.
Surya masih tetap menggeluti sepak bola, dunia yang pernah melambungkan sekaligus menenggelamkan nasibnya. Ia masih bermain bola bersama para manusia lanjut usia di lapangan UMS. Rutinitas lain yang dilakoni lelaki ini adalah mengunjungi teman-teman lama seangkatannya. Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol dan bercerita mengenang masa lalu. Dengan alasan berolahraga, Ia berjalan kaki hingga belasan kilometer atau bahkan dua jam untuk sampai ke sana. “Saya sering jalan sampai ke Komdak, Slipi, atau Cempaka Putih. Tapi, kalau sudah siang, saya naik bus,” ujarnya.
Sampai saat ini Surya bersama dengan Mulyadi menjadi pelatih di klub UMS di kawasan Petak Sin Kian, Mangga Besar. Anak keempat dari enam bersaudara ini tidak mempunyai pekerjaan lain. Setiap hari Surya menghabiskan waktunya mengawasi latihan anak-anak sekolah sepak bola dengan imbalan ala kadarnya. Meskipun harus menghadapi getirnya hidup di usia senja, Ia masih berharap pemerintah mau memperhatikan nasibnya.
M. Basri (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 5 Oktober 1942; umur 67 tahun) adalah mantan pemain sepak bola nasional Indonesia dan sekarang melatih beberapa klub sepak bola di Indonesia.Basri memulai karirnya di Klub MOS pada tahun 1961 dan dilanjutkan di klub Pardedetex dan HBS Surabaya.
Basri sempat membela timnas di Asian Games 1962. Pada saat itu, Indonesia menjadi tuan rumah pesta olahraga se-Asia. Selanjutnya, Basri terus tampil pada dua Asian Games berikutnya. Ia juga menjadi bagian timnas saat Indonesia turun di Ganefo.
Persebaya Surabaya adalah tim pertama yang diasuh Basri. Pada musim 1977, Basri berhasil mengantarkan Persebaya jadi juara Kompetisi Perserikatan. Usai memberikan prestasi puncak bagi Persebaya, Basri pindah ke Niac Mitra. Nampaknya Basri juga ingin menjajal kerasnya Kompetisi Galatama. Lagi-lagi keampuhan racikan Basri terbukti. Tiga kali Niac Mitra dibawa Basri jadi juara Galatama, masing-masing pada 1981, 1982, dan 1986.
Kenyang merasakan persaingan di era Kompetisi Perserikatan dan Galatama, karir Basri sebagai pelatih terus berlanjut saat sepak bola Indonesia memasuki fase Liga Indonesia. Sebagai putra derah, di awal Liga Indonesia bergulir, Basri sangat bangga bisa menukangi PSM Makassar. Nyaris saja Piala Presiden, lambang supremasi Liga Indonesia berhasil dipersembahkan Basri bagi tanah kelahirannya. Sayang, di final Liga Indonesia 1995/1996, PSM Makassar kalah 0-2 dari Mastrans Bandung Raya di final. PSM Makassar pun gagal jadi juara Liga Indonesia untuk kali pertama.
Selain PSM, di era Liga Indonesia, Basri juga pernah menangani Arema Malang, Persita Tangerang, dan terakhir Persela Lamongan di musim 2007. Kala menangani Persita di musim 2004, Basri mengajukan pengunduran diri dari posisi pelatih kepala. Hal ini dilakukan karena Persita menelan kekalahan beruntun.
Sebagai pelatih, Basri dikenal keras dan tegas. Ia selalu menegakkan disiplin tinggi pada tiap tim yang diasuhnya. Hingga kini, Basri bisa dikatakan sebagai pelatih lokal paling senior yang masih beredar di kancah sepak bola nasional Indonesia.
Thio Him Tjiang (lahir di Jakarta, 28 Agustus 1929; umur 80 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia di era tahun 1950an. Ia merupakan atlet berprestasi hasil binaan Klub Union Makes Strength (UMS), salah satu klub sepak bola tertua di Indonesia dan klub yang tergabung dalam Persija Jakarta.
Thio Him Tjiang besar dan tumbuh dari keluarga pemain sepak bola. Ayahnya, Thio Kioe Sen, adalah pemain UMS. Thio Kioe Sen mempunyai tujuh anak, enam lelaki dan satu perempuan. Semua anak lelakinya; Thio Him Gwan, Thio Him Tjiang, Thio Him Toen, Thio Him Eng, Thio Him Boen, dan Thio Him Hok adalah pemain UMS. Namun di antara semuanya yang paling terkenal adalah Thio Him Tjiang.
Thio Him Tjiang dikenal sebagai orang yang mempunyai loyalitas tinggi. Ia tetap setia bermain untuk UMS walaupun pernah diminta untuk bermain di Klub Tjung Hwa (sekarang PS Tunas Jaya), musuh bebuyutan Klub UMS. Di bawah bimbingan pelatih Endang Witarsa (Lim Sun Yu), prestasi Thio Him Tjiang semakin bersinar. Ia bukan hanya berprestasi di UMS melainkan juga masuk menjadi pemain inti Persija dan tim nasional PSSI.
Tim nasional yang saat itu diperkuat oleh Ramang, Tan Liong Houw, Thio Him Tjiang, Phoa Sian Liong, Kwee Kiat Sek, Maulwi Saelan, Chaeruddin Siregar, dan Witarsa berhasil masuk perempat final Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia. Indonesia yang awalnya sempat menahan 0-0 tim tangguh Uni Soviet, akhirnya kalah 0-4 pada pertandingan yang dilanjutkan hari berikutnya. Uni Soviet akhirnya menjadi juara setelah di final mengalahkan Yugoslavia.
Thio Him Tjiang yang bermain sebagai gelandang, memperkuat Tim Merah Putih selama 8 tahun (1951-1958). Setelah pensiun sebagai pemain, Ia tidak mau melanjutkan karir sebagai pelatih sebagaimana teman-temannya yang lain. Thio Him Tjiang tetap memegang teguh prinsip: ingin dikenang sebagai pemain sepak bola saja bukan sebagai pelatih sepak bola.
Risdianto (lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 3 Januari 1950; umur 60 tahun) adalah seorang mantan pemain nasioanl sepak bola Indonesia di era 1970-an dan 1980-an bersama Iswadi Idris dan Ronny Pattinasarani.Pria yang akrab disapa Ris ini pada usia 14 tahun sudah memperkuat Persekap Pasuruan dan ikut membela tim sepak bola Pekan Olahraga Nasional Jawa Timur pada 1969. Setahun lewat, dia dipanggil masuk skuad tim nasional hingga 1981. Selama satu dekade, Ris malang melintang mewakili Indonesia ke sejumlah turnamen dan kejuaraan, termasuk SEA Games 1981, yang menghasilkan medali perunggu bersama antara lain Iswadi Idris, Abdul Kadir dan Hartono. Klub profesional pertamanya dia awali dengan bergabung bersama UMS Jakarta, yang dilatih Dr Endang Witarsa. Dari sana dia hijrah ke Persija. Karier klubnya banyak ia habiskan bersama Warna Agung selama 1978-1983.
Ris adalah pemain Indonesia pertama yang dikontrak selama satu musim oleh Mackinnons FC, salah satu tim Divisi Utama Hong Kong (1974-1975). Ia pemain sepak bola Indonesia kedua yang dipinang klub luar negeri, setelah Iswadi Idris. Dia meninggalkan Hong Kong untuk bergabung dengan tim nasional Pra-Olimpiade 1976, yang saat itu langkah tim nasional dihentikan Korea Utara lewat drama adu penalti.
Bambang Nurdiansyah (lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 28 Desember 1958; umur 51 tahun) adalah seorang pelatih dan mantan pemain sepak bola legendaris Indonesia.[1] Mulai musim 2008 ia melatih Arema Malang di Liga Super Indonesia,[2] namun mengundurkan diri setelah baru menjalani 4 pertandingan karena merasa ditekan kelompok pendukung Arema, Aremania.[3] Ia kemudian melanjutkan musim 2008/09 dengan menjadi pelatih PSIS Semarang. Sebelumnya ia pernah melatih klub Pelita Krakatau Steel pada tahun 2006. Pada musim 2005 ia melatih di PSIS Semarang, namun pindah karena ingin mendekatkan diri dengan keluarga. Selain itu, Bambang juga pernah melatih Persita Tangerang.
Di sela jeda Liga Indonesia musim 2005 dengan musim 2006, Bambang sempat ditunjuk oleh PSSI untuk melatih sementara Indonesia untuk pertandingan melawan Afrika Selatan dalam rangka ulang tahun Golongan Karya.
Ia juga pernah menjadi pelatih tim nasional sepak bola putri pada SEA Games XXII.
Sebelum menjadi pelatih, ia adalah seorang pemain sepak bola dan pernah memperkuat Pelita Jaya dan tim nasional Indonesia selama 11 tahun (1980-1991). Posisinya adalah penyerang (striker).
Ricky Yacob (lahir di Medan, Sumatera Utara, 12 Maret 1963; umur 46 tahun) adalah seorang pemain sepak bola legendaris Indonesia [1].Masa keemasan Ricky Yacob terjadi pada paruh kedua dekade 1980-an. Karir sepak bolanya banyak dihabiskan bersama klub Arseto Solo. Selain itu ia pernah memperkuat PSMS Medan sewaktu merebut Piala Suratin. Ia selalu bersaing dengan Bambang Nurdiansyah (Krama Yudha/Pelita Jaya) untuk memperebutkan satu tempat di tim nasional. Kini, Ricky Yacob lebih dikenal dengan nama Ricky Yacobi.
Selama bermain di Indonesia, Ricky tidak pernah membawa klubnya menjadi juara (Galatama/Liga Indonesia). Namun, ia sempat dua kali turut mempersembahkan medali emas SEA Games pada tahun 1987.
Ricky sangat memesona penggila bola nasional dengan gayanya yang khas. Kurniawan Dwi Yulianto, salah satu penyerang terbnaik Indonesia yang bermain di era 1995-2005 sangat mengidolakannya. Ricky kerap dijuluki Paul Brietner Indonesia dan merupakan penyerang opurtunis yang mengandalkan kecepatan dalam bermain. Tampangnya yang lumayan ganteng dan rambutnya yang gondrong membuat Ricky begitu dikenal. Aksi puncakya terjadi di ajang Asian Games 1986 di Korea Selatan.
Ketika itu, tim nasional Indonesia hanya kalah 0-2 dari Arab Saudi dan bermain imbang 1-1 melawan Qatar. Tim Indonesia lalu menang 1-0 lawan Malaysia dan menang 4-3 (penalty) melawan Uni Emirat Arab (UEA). Ricky mengagetkan orang ketika ia mencetak gol sewaktu melawan UEA. Gol voli dengan tendangan langsung tanpa sempat menyentuh tanah, ia lesakan dari sisi kiri gawang UEA dalam jarak yang amat jauh.
Setelah itu, nama Ricky semakin beken setelah ia dibeli Klub Matsushita Jepang pada tahun 1988. Sayang, ia tak mampu beradaptasi dengan udara dingin di Jepang. Hanya empat pertandingan yang sempat ia ikuti—dengan satu gol sempat dicetak.
RSSSF hanya mencatat bahwa Ricky sempat 31 kali memperkuat tim nasional sepanjang enam tahun (9-12-1985 sampai 11-6-1991). Hanya lima gol yang sempat dicatat. Tapi, sepertinya, jumlah gol itu tidak akurat. Ricky setidaknya mencetak 15 gol untuk tim nasional Indonesia di ajang resmi.
Ramang (1928 – Makassar, 26 September 1987) adalah pemain sepak bola Indonesia dari PSM Makassar yang terkenal pada tahun 1950-an. Ia berposisi sebagai penyerang. Dia pernah mengantarkan PSM ke tangga juara pada era Perserikatan serta pernah memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia.Ramang mulai memperkuat PSM Makassar pada tahun 1947, waktu itu masih bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Melalui sebuah klub bernama Persis (Persatuan sepak bola Induk Sulawesi) ia ikut kompetisi PSM. Pada sebuah pertandingan, ia mencetak sebagian besar gol dan membuat klubnya menang 9-0. Sejak itulah ia dilamar bergabung dengan PSM. Ramang memang sudah mulai menendang-nendang buah jeruk, gulungan kain dan bola anyaman rotan dalam permainan sepak raga sejak berusia 10 tahun. Ayahnya, Nyo’lo, ajudan Raja Gowa Djondjong Karaenta Lemamparang, sudah lama dikenal sebagai jagoan sepakraga. Bakat Ramang memang menurun dari sang ayah. Mulanya ia memperkuat Bond Barru, kota kelahirannya, namun menjelang proklamasi 1945, ia membawa keluarganya pindah ke Ujungpandang dan meninggalkan usaha warung kopi yang ia bangun bersama istrinya.
»»  LANJUT BACANYA...

Selasa, 05 Juli 2011

Ini dia Alasan kenapa Klub-Klub Eropa tidak singgah di Indonesia

Tidak jelasnya masa depan sepakbola Indonesia membuat promotor takut mendatangkan klub-klub besar Eropa. Indonesia sebenarnya mampu mendatangkan klub-klub seperti Manchester United, Barcelona dan Real Madrid.
Hal tersebut diungkapkan salah satu promotor sepakbola Indonesia, Herman Ago. Herman menilai pihaknya takut untuk mendatangkan klub-klub Eropa karena belum jelasnya sepakbola Indonesia.
“Indonesia bukannya tidak mampu. Justru sejumlah promotor, termasuk saya, sudah berencana untuk mendatangkan klub-klub Eropa tahun ini. Tapi, dengan kondisi persepakbolaan kita seperti ini, kami jadi takut untuk mencapai kesepakatan,” ujar Herman.
Herman mencontohkan ketika dirinya sudah berencana untuk mendatangkan salah satu klub raksasa Eropa asal Spanyol, Real Madrid. Bahkan Herman mengaku optimistis bisa mendatangkan Real Madrid setelah bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Spanyol, Adityawidi Adiwoso Asmady, April 2011 lalu.
Namun, Herman berpikir dua kali untuk mencapai kesepakatan mendatangkan Real Madrid tahun ini. “Kalau saya deal dengan pihak Real Madrid dan memberikan uang muka, sedangkan kita tahu-tahunya kena sanksi FIFA, hilang uang itu,” papar Herman.
Herman berencana untuk mendatangkan Real Madrid tahun depan dan tidak menutup kemungkinan Barcelona jika kondisinya kondusif. Sebelumnya Herman menegaskan Real Madrid kemungkinan besar akan tur ke Indonesia pada Mei 2012.
Biaya untuk mendatangkan klub sekelas Madrid pun tidaklah murah. Herman mengaku untuk mendatangkan Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan ke Indonesia membutuhkan dana sekitar Rp40 miliar. “Itu sudah termasuk match fee, logistik dan transportasi tim,” ucap Herman.
Biaya Rp40 miliar termasuk yang tertinggi. Harga tersebut  hampir sama ketika Manchester United berencana tur ke Indonesia pada 2009. Herman merupakan Ketua Bidang Komersialisasi LOC MU Tour 2009 yang batal karena adanya bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta.
Indonesia sendiri tahun ini tidak disinggahi klub-klub Eropa, berbeda jauh dengan nasib Malaysia yang didatangi tiga klub raksasa Inggris, Chelsea, Liverpool dan Arsenal. Chelsea juga berencana menyambangi Thailand.
Indonesia hanya didatangi sejumlah pesepakbola   dan mantan pesepakbola dunia seperti Cesc Fabregas dan Giovanni van Bronckhorst. Rencananya punggawa MU, Rio Ferdinand, juga akan menyambangi Indonesia, 29 Juni mendatang.
»»  LANJUT BACANYA...

Pemain Eropa yang beragama Islam


  • Ahmed Mido Hossam
  • Diomanssy Kamara
  • Djibril Cisse
  • El-Hadji Diouf
  • Eric Abidal
  • Frank “Bilal” Riberry
  • Frederic Kanoute
  • Halil Altintop
  • Hamit Altintop
  • Hassan “Brazzo” Salihamidzic
  • Hatem Ben Arfa
  • Hossam Ghaly
  • Khalid Boulahrouz
  • Kolo Toure
  • Mahamaddou Diarra
  • Mohammed “Momo” Sissoko
  • Mohammed Kallon
  • Armand Traore
  • Nicolas Anelka
  • Nuri Sahin
  • Rami Shaaban
  • Robin Van Persie
  • Salomon Kalou
  • Samir Nasri
  • Stephen Appiah
  • Sulley Ali Muntari
  • Yaya Toure
  • Zlatan Ibrahimovic
  • Zinedine Yazid Zidane
  • David Trezeguet
  • Abou Diaby
  • Bacary Sagna
  • Emmanuel Eboue
  • Marouane Chamakh
  • Thierry Henry> Masih isu...
  • Seydou Kieta
  • Ali al-habsi
  • Vedad Ibisevic
  • Lilian Thuram
  • Lassana Diarra
  • Rustu Recber
  • Johan Djourou
  • Pascal Cygan
  • Emre Belozoglu
  • Ibrahim Afellay
  • Marat Izmailov
  • Aiyegbeni Yakubu
  • Leon Osman
  • Marouane Fellaini
  • Youri Djorkaeff
  • Fred
  • Mesut Ozil
  • George Weah
  • Phillipe Troussier


Mereka semua ada yang alim banget lho. taat beribadah, ama sering berdoa ke Allah SWT. Contohnya saja, Samir Nasri, Karim Benzema, Hatem Ben Arfa, Rovin van Persie (Persie kalo gak salah artinya Persia), Aaron Winter, Zidane, Nicolas Anelka, Frank Ribery, Djibril Cisse.

Tapi, meskipun beberapa dari mereka bukan muslim yang taat, mereka masih sempet megang teguh syariat Islam. Nih contohnya.

- Phillipe Troussier : Mantan pemain Perancis yang terkenal, juga pelatih tim Nasional jepang. Hidup di Maroko. merubah namanya menjadi Umar, dengan istri yang bernama dominique yang berubah menjadi aminah (setelah menjadi Muslimah). mengadopsi 2 anak Maroko. Lahir sebagai muslim, dan bersekolah disekolah anak-anak muslim. lalu murtad menjadi kristiani demi neneknya yang membesarkannya. lalu kemudian kembali menjadi muslim.

- Stephen Appiah : Sempat bingung di awal karirnya di Italia karena sulit menemukan makanan yang halal.

- Frederic Kanoute : sempat menolak memakai kostum klub yang disponsori rumah judi bahkan hingga ditutupi. Belakangan setelah berkonsultasi dengan penasehat spiritualnya dia melunak. Karena sponsor klubnya menjanjikan bahwa sebagian keuntungan digunakan untuk sosial.

- Rami Shaaban : mengaku hidup dengan panduan Al Quran. Kiper timnas Swedia ini senantiasa melafalkan beberapa ayat sebelum bertanding.

- Kolo Toure : merasa sebagai seorang muslim dia harus menghormati orang lain. Kesuksesan dirinya selalu disebutnya berkat doanya kepada Allah.

- Frank Ribery : mengakui bahwa Islam adalah sumber kekuatannnya di dalam dan di luar lapangan. Terutama ketika ia sempat mengalami masa sulit dalam karir dan ia menemukan Islam yang memberi kedamaian.

Tapi di antara mereka, ada beberapa cerita menarik lainnya.

- Ibrahimovic juga Islam.. tapi gak pernah menjalankan ajaran-ajaranNya..cuma Islam KTP

- Robin van Persie juga. Dia masuk Islam, gara-gara dia nikah ama cewek Muslim.

Beberapa waktu lalu, Jose Mourinho (sekarang Real Madrid) melarang anakasuhnya di Inter Milan, Sulley Muntari untuk tidak berpuasa karena jadwal pertandingan klub dan aksi Mourinho ini mendapat kecaman dari Asosiasi Muslim Italia bahkan di Indonesia juga.

Hidup di tengah glamornya industri sepakbola, banyak pebola muslim di Eropa yang tetap beribadah. Mereka juga hidup sesuai dengan ajaran Islam. Hal itu menjadi kunci rahasia kenapa jarang pesepakbola Muslim yang disorot kehidupan pribadinya bermasalah. Itu juga yang membuat permainan mereka cenderung stabil dan emosi di lapangan senantiasa terjaga.

Ternyata menarik juga kalo mencari tahu seputar kehidupan pebola Muslim di Eropa. Meski sangat sulit karena rata-rata mengaku bahwa agama adalah hal yang bersifat pribadi dan tidak ingin dipublikasi. Tapi setidaknya, mereka bisa menjadi contoh dan kebanggaan bagi ummat Islam. Juga menjadi andalan untuk menghapus stereotipe buruk barat tentang Islam.

Ada juga peraturan baru federasi sepak bola jerman tentang pemain muslim, berikut peraturan barunya:

Jika seorang pemain bola harus bertanding di bawah kontrak yang merupakan satu-satunya sumber penghasilannya, dan jika dia harus memainkan pertandingan tersebutselama bulan Ramadan, serta jika berpuasa akan mempengaruhi kinerjanya dalam bermain bola, maka pemain bola muslim tersebut dapat membatalkan puasanya atau tidak berpuasa.
Dewan Eropa untuk Fatwa dan Penelitian mendukung fatwa tersebut. Pemain bola profesional Muslim wajib berpuasa di saat-saat ketika mereka tidak ada pertandingan, dan begitu seterusnya untuk menaati perintah Allah dan menghormati kehormatan bulan suci Ramadhan,” jelas sekretaris umum Dewan Pusat Muslim, Aiman Mazyek yang juga menambahkan bahwa menjaga tubuh tetap sehat, memainkan peran penting dalam Islam.
source :http://mufctech.blogspot.com/2010/08/pemain-sepak-bola-eropa-yang-beragama.html

»»  LANJUT BACANYA...

Minggu, 03 Juli 2011

Jadwal pertandingan copa amerika 2011 di Argentina


Jadwal Pertandingan Copa America 2011 berlangsung antara 1-24 Juli 2011 di Argentina. 12 tim nasional (negara) peserta akan bertanding memperebutkan gelar juara Copa Amerika 2011.  10 negara dari Amerika Selatan (latin) dan 2 negara undangan. Semua pertandingan akan digelar di stadion-stadion yang ada di Argentina. Copa Amerika 2011 ini adalah Copa America ke 43.
12 tim peserta Copa Amerika 2011 ini akan menjalani pertandingan pada fase grup, dimana terdiri dari 3 grup yang masing-masing dihuni oleh 4 tim. Juara dan runner-up grup otomatis lolos ke perempatfinal, sedangkan posisi 2 tim yang berada di peringkat 3 juga akan lolos ke perempatfinal.
Berikut adalah selengkapnya Jadwal Pertandingan Copa America 2011
Pembagian Grup Copa Amerika 2011
  • Grup A :Argentina, Kolombia, Kosta Rika, Bolivia
  • Grup B : Brasil, Paraguay, Ekuador, Venezuela
  • Grup C : Uruguay, Chili, Meksiko, Peru
  • Babak penyisihan grup : 1-13 Juli 2011
  • Babak perempatfinal : 16 & 17 Juli 2011
  • Babak Semifinal : 19-20 Juli 2011
  • Final : 24 Juli 2011
Jadwal Pertandingan Copa America 2011 Putaran (Fase) Grup
Grup A
  • 1 Juli -> Argentina v Bolivia
  • 2 Juli -> Colombia v Costa Rica
  • 6 Juli -> Argentina v Colombia
  • 7 Juli -> Bolivia v Costa Rica
  • 10 Juli -> Colombia v Bolivia
  • 11 Juli -> Argentina v Costa Rica
Grup B
  • 3 Juli -> Brazil v Venezuela
  • 3 Juli -> Paraguay v Ecuador
  • 9 Juli -> Brazil v Paraguay
  • 9 Juli -> Venezuela v Ecuador
  • 13 Juli -> Paraguay v Venezuela
  • 13 Juli -> Brazil v Ecuador
Grup C
  • 4 Juli -> Uruguay v Peru
  • 4 Juli -> Chile v Mexico
  • 8 Juli -> Uruguay v Chile
  • 8 Juli -> Peru v Mexico
  • 12 Juli -> Chile v Peru
  • 12 Juli -> Uruguay v Mexico
»»  LANJUT BACANYA...